Pendalaman Alkitab: Teman-Teman yang Kita Pilih
Oleh Admin — 18 Sep 2025
Siapa bergaul dengan orang bijak menjadi bijak, tetapi siapa berteman dengan orang bebal menjadi malang. (Amsal 13:20 TB)
Di dunia yang serba cepat dan saling terhubung ini, hubungan yang kita bangun membentuk pikiran, tindakan, dan pada akhirnya, takdir kita. Hikmat yang terdapat dalam Amsal 13:20 menjadi pengingat abadi akan dampak mendalam dari teman-teman yang kita pilih dalam hidup kita. Inti dari ayat ini jelas: berjalan bersama orang bijak berarti mengundang hikmat ke dalam hidup kita, sementara bergaul dengan orang bebal dapat menuntun kita pada kehancuran.
Coba renungkan sejenak orang-orang yang setiap hari ada di sekeliling Anda. Apakah mereka adalah pribadi yang menginspirasi Anda untuk bertumbuh, menantang Anda untuk berpikir kritis, dan mendorong Anda mengejar impian? Ataukah mereka justru membawa Anda pada hal-hal negatif, kemalasan, dan keputusan yang buruk? Teman yang kita pilih bukan sekadar soal preferensi sosial; itu sangat berperan dalam membentuk siapa diri kita.
Berjalan dengan orang bijak berarti mencari mereka yang memiliki kualitas yang ingin kita teladani. Mereka adalah mentor, sahabat, dan pemimpin yang tidak hanya memiliki pengetahuan, tetapi juga menunjukkan hikmat melalui tindakan mereka. Mereka mengajarkan kita pelajaran berharga tentang kehidupan, integritas, ketekunan, dan kasih. Ketika kita bergaul dengan orang bijak, kita belajar menghadapi tantangan dengan anggun dan melihat situasi kita melalui kacamata iman dan pengharapan.
Di sisi lain, berteman dengan orang bebal adalah sebuah peringatan. Orang bebal, dalam konteks ini, adalah mereka yang bertindak tanpa berpikir, melakukan hal-hal yang merugikan, dan sering menyesatkan orang lain. Bergaul dengan orang seperti ini dapat mengaburkan penilaian kita dan menjauhkan kita dari tujuan sejati. Kita bisa saja terjebak dalam siklus keputusan yang tidak bijak, hingga akhirnya mengorbankan nilai dan tujuan hidup kita.
Saat kita merenungkan hubungan-hubungan kita, mari kita bertanya pada diri sendiri: Siapa suara bijak dalam hidup kita? Apakah kita dengan sengaja mencari nasihat dan hikmat mereka? Mungkin sudah saatnya kita membangun hubungan yang lebih dalam dengan mereka yang menguatkan dan menemani perjalanan rohani kita. Kita juga dapat berusaha menjadi sumber hikmat bagi orang lain, membagikan pengalaman dan wawasan untuk menuntun mereka di sekitar kita.
Hari ini, pertimbangkan untuk secara sadar mengevaluasi hubungan Anda. Carilah mentor, bergaullah dengan teman-teman bijak, dan terlibatlah dalam komunitas yang mendorong pertumbuhan dan hikmat. Ingatlah, hikmat bukan hanya soal pengetahuan; tetapi bagaimana menerapkan pengetahuan itu dengan cara yang memuliakan Allah dan melayani sesama.
Kiranya kita bijak dalam memilih teman, berjalan bersama mereka yang menuntun kita semakin dekat kepada hati Allah. Sebab dengan berjalan bersama orang bijak, kita tidak hanya memperkaya hidup sendiri, tetapi juga menjadi berkat bagi orang-orang di sekitar kita.