2 min read

Pendalaman Alkitab: Mempercayai Hikmat daripada Diri Sendiri

Pendalaman Alkitab: Mempercayai Hikmat daripada Diri Sendiri

Oleh Admin — 28 Sep 2025

Di dunia yang sering mengedepankan kemandirian dan intuisi pribadi, Amsal 28:26 memberikan pengingat yang tegas tentang pentingnya mencari hikmat di luar hati kita sendiri: "Siapa percaya kepada hatinya sendiri adalah orang bebal, tetapi siapa berlaku dengan bijak akan selamat." Ayat ini menantang pandangan modern bahwa perasaan dan keinginan kita harus menjadi prinsip penuntun hidup. Sebaliknya, ayat ini mengajak kita untuk mempertimbangkan hikmat Allah sebagai dasar dari keputusan dan tindakan kita.

Mempercayai hati kita sendiri dapat menuntun kita ke jalan yang berbahaya. Hati kita dapat dipengaruhi oleh emosi, keinginan, dan tren yang sementara. Kita mungkin merasa terdorong kuat untuk mengambil pilihan tertentu, tetapi perasaan itu sering kali menyesatkan. Alkitab memperingatkan kita tentang tipu daya hati, seperti tertulis dalam Yeremia 17:9, "Betapa liciknya hati, lebih licik dari pada segala sesuatu, hatinya sudah membatu: siapakah yang dapat mengetahuinya?" Ketika kita hanya mengandalkan pengertian kita sendiri, kita berisiko membuat keputusan yang tidak hanya merugikan diri sendiri, tetapi juga orang-orang di sekitar kita.

Sebaliknya, berjalan dengan bijak berarti menyelaraskan pikiran, tindakan, dan keinginan kita dengan kebenaran dan hikmat Allah. Hikmat ini ditemukan dalam Firman Tuhan, dalam doa, dan dalam nasihat dari orang-orang yang berusaha hidup menurut kehendak Allah. Berjalan dengan bijak berarti mengakui bahwa kita tidak memiliki semua jawaban dan mencari petunjuk dari Dia yang mengetahui akhir dari segala sesuatu. Ini adalah sikap rendah hati yang menyadari keterbatasan kita dan kebijaksanaan Allah yang tak terbatas.

Secara praktis, berjalan dengan bijak melibatkan pilihan-pilihan setiap hari. Itu berarti meluangkan waktu untuk berdoa, memohon kepada Allah agar diberikan kejelasan dan arahan. Itu termasuk membaca Alkitab, membiarkan ajarannya membentuk cara pandang dan keputusan kita. Itu juga berarti mengelilingi diri dengan nasihat yang bijak—teman, mentor, dan pemimpin yang memiliki komitmen untuk hidup berdasarkan prinsip iman. Dengan demikian, kita membangun kehidupan yang tidak dipimpin oleh keinginan hati, tetapi oleh tangan Allah yang membimbing dengan setia.

Saat kita menempuh jalan hikmat ini, Amsal meyakinkan kita bahwa kita akan diselamatkan. Keselamatan ini mungkin tidak selalu seperti yang kita harapkan; bisa saja berupa damai di tengah badai, kejelasan di tengah kebingungan, atau kekuatan di saat lemah. Namun, janji itu tetap bahwa siapa yang berjalan dengan bijak akan menemukan perlindungan dan petunjuk.

Saat Anda menavigasi kompleksitas hidup, ingatlah untuk berhenti sejenak dan merenung: Apakah Anda mempercayai hati sendiri atau mencari hikmat dari atas? Biarlah ini menjadi ajakan untuk menyerahkan rencana dan keinginan Anda kepada Allah, percaya bahwa jalan-Nya lebih tinggi dan hikmat-Nya melampaui segala pengertian. Pilihlah untuk berjalan dengan bijak hari ini, dan Anda akan mengalami keselamatan yang datang dari menyelaraskan hidup dengan kebenaran-Nya.