Pendalaman Alkitab: Memelihara Hati, Bukan Amarah
Oleh Admin — 05 Okt 2025
Dalam Efesus 6:4, Rasul Paulus memberikan sebuah nasihat yang mendalam kepada para ayah: "Dan kamu bapa-bapa, janganlah bangkitkan amarah di dalam hati anak-anakmu, tetapi didiklah mereka di dalam ajaran dan nasihat Tuhan." Ayat ini menjadi prinsip utama dalam pengasuhan yang sangat relevan dalam kehidupan kita saat ini.
Sebagai orang tua, kita sering kali harus menghadapi dunia yang penuh tantangan, distraksi, dan tekanan. Sangat mudah untuk merasa kewalahan dan tanpa sadar melampiaskan frustrasi kita kepada anak-anak. Namun, Paulus mengingatkan kita akan peran penting yang kita miliki dalam membentuk perkembangan emosional dan rohani mereka. Panggilan untuk membina, bukan memancing amarah, bukan sekadar saran; ini adalah perintah yang membawa tanggung jawab besar.
Membangkitkan amarah anak-anak dapat terjadi dalam berbagai bentuk—melalui kata-kata yang kasar, harapan yang tidak realistis, atau mengabaikan keluhan mereka. Setiap tindakan ini dapat menciptakan jarak dalam hubungan kita dengan mereka, yang pada akhirnya menimbulkan kebencian dan keterasingan emosional. Sebaliknya, kita dipanggil untuk mendekati pengasuhan dengan kasih, kesabaran, dan pengertian. Ini berarti kita harus peka terhadap kebutuhan emosional mereka dan menyadari bahwa mereka pun sedang menghadapi tantangan di dunia yang serba cepat ini.
Secara praktis, membina anak-anak berarti menciptakan ruang yang aman bagi mereka untuk mengekspresikan pikiran dan perasaan. Kita perlu mendengarkan secara aktif, memvalidasi emosi mereka, dan membimbing mereka dengan lembut ke arah yang benar. Kita dapat menjadi teladan dalam menghadapi konflik dan kekecewaan secara konstruktif, mengajarkan bahwa amarah tidak harus berujung pada perilaku yang merusak. Dengan demikian, kita menumbuhkan ketahanan dan kecerdasan emosional, membekali mereka untuk menghadapi dunia dengan percaya diri dan penuh kasih.
Selain itu, bagian kedua dari ayat tersebut menekankan pentingnya bimbingan rohani: "tetapi didiklah mereka di dalam ajaran dan nasihat Tuhan." Ini menunjukkan bahwa peran kita bukan hanya soal disiplin. Kita juga dipanggil untuk menanamkan hikmat, nilai-nilai, dan tujuan hidup yang berakar dalam iman. Saat kita membina anak-anak dalam jalan Tuhan, kita membantu mereka membangun kompas moral yang kuat dan hubungan dengan Allah yang akan menuntun mereka sepanjang hidup.
Sambil merenungkan ayat ini, mari kita evaluasi gaya pengasuhan kita sendiri. Apakah kita sudah mendukung dan mendorong, atau justru sering bereaksi dengan frustrasi? Hari ini, mari kita berkomitmen untuk menciptakan lingkungan di mana kasih mengalahkan amarah, dan pengertian mengalahkan frustrasi.
Saat kita membina anak-anak, ingatlah bahwa kita pun terus belajar dan bertumbuh. Kiranya kita senantiasa memohon hikmat Tuhan dalam pengasuhan, meminta kesabaran dan kasih karunia agar dapat membesarkan anak-anak yang tidak hanya berperilaku baik, tetapi juga sehat secara emosional dan kuat secara rohani. Dengan melakukan ini, kita menghormati kepercayaan suci yang Tuhan berikan, membentuk generasi berikutnya dengan kasih dan tujuan.